![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPcBAd7poxrWpc8p0pNCaTrvFxgeI6qc9-rQ4ag7ytbXCjZ5rNoEm9z65vk8cl70-GhHhf6eY-fcZXNR3EMhhlZeitY3BBmXhdlQRtnTnwCvtsIxH6nwG-4N0UfDnAsm_xdEghiD2ESvM/s200/Foto(533).jpg)
Sejak dahulu kalah Pondok Pesantren dikenal sebagai tempat membina para insan untuk menjadi manusia yang paripurna, yakni kesempurnaan akhlak,aqidah dan ibadah, serta berbagai macam ilmu dan keterampilan, dengan kata lain seorang santri yang lahir dari pesantren dengan baik diharapkan dapat menguasai ilmu dunia dan akhirat .
Dengan potensi yang besar seperti ini seharusnya bibit yang dimasukkan ke dalam pesantren bukanlah orang-orang yang setengah-setengah, bahkan haruslah anak yang dipersiapkan dari awal oleh orang tuanya ,untuk menerima beban yang berat ini. Artinya anak-anak yang dimasukkan ke dalam pesantren bukan hanya karena anak tersebut sudah tidak dapat lagi didik oleh orang tuanya, lalu kemudian di masukkan ke dalam pesantren.
Hal ini memang sering terjadi karena terkadang ada orang yang memandang pesantren itu sebagai tempat untuk menitipkan anak-anak yang sukar di atur ,alias anak-anak nakal, kalau begini padangan orang tua ,itu berarti n pesantren disamakan dengan bengkel, kalaulah yang diperbaiki itu adalah benda-benda seperti komputer atau mesin mungkin tidak terlalu sulit, tetapi yang namanya manusia apalagi sudah lebih dari satu tentu sangat sulit untuk diubah, oleh karena itu anak seperti ini disamping dapat menjadi masalah dalam pesantren juga dapat menjadi bibit penyakit yang dapat menyebabkan anak-anak lain kejangkitan penyakitnya. Oleh karena itu pradigma berpikir seperti ini harus dibalik, seharusnya anak-anak yang dimasukkan ke dalam pesantren adalah anak-anak yang diunggulkan dalam segala hal, paling tidak mereka adalah anak-anak yang tidak memiliki kelainan mental.
Dengan potensi yang besar seperti ini seharusnya bibit yang dimasukkan ke dalam pesantren bukanlah orang-orang yang setengah-setengah, bahkan haruslah anak yang dipersiapkan dari awal oleh orang tuanya ,untuk menerima beban yang berat ini. Artinya anak-anak yang dimasukkan ke dalam pesantren bukan hanya karena anak tersebut sudah tidak dapat lagi didik oleh orang tuanya, lalu kemudian di masukkan ke dalam pesantren.
Hal ini memang sering terjadi karena terkadang ada orang yang memandang pesantren itu sebagai tempat untuk menitipkan anak-anak yang sukar di atur ,alias anak-anak nakal, kalau begini padangan orang tua ,itu berarti n pesantren disamakan dengan bengkel, kalaulah yang diperbaiki itu adalah benda-benda seperti komputer atau mesin mungkin tidak terlalu sulit, tetapi yang namanya manusia apalagi sudah lebih dari satu tentu sangat sulit untuk diubah, oleh karena itu anak seperti ini disamping dapat menjadi masalah dalam pesantren juga dapat menjadi bibit penyakit yang dapat menyebabkan anak-anak lain kejangkitan penyakitnya. Oleh karena itu pradigma berpikir seperti ini harus dibalik, seharusnya anak-anak yang dimasukkan ke dalam pesantren adalah anak-anak yang diunggulkan dalam segala hal, paling tidak mereka adalah anak-anak yang tidak memiliki kelainan mental.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar